Minggu, 10 Maret 2013

Contoh Paragraf Argumentatif


Paragraf Argumentatif

(1) Pendidikan adalah salah satu faktor penentu dalam maju mundurnya suatu bangsa. Namun demikian fakta yang sudah tidak dapat terbantahkan lagi, bahwa pendidikan di Indonesia adalah pendidikan yang sangat mahal dan tidak terjangkau bagi masyarakat yang tidak mampu. Pada tahun 2010 saja, lebih dari 1 juta siswa SD hingga SMA yang putus sekolah. Biaya pendidikan yang mahal diperkirakan menjadi sebab tingginya angka putus sekolah di tahun 2010 tersebut.

(2) Kerusakan lingkungan merupakan salah satu masalah paling besar yang dihadapi oleh umat manusia pada era modern ini. Hampir setiap hari kita disuguhi dengan berbagai berita tentang berbagai macam bencana alam dan banjir, tanah longsor, kekeringan, serta berbagai macam bencana lain yang telah memakan banyak korban, baik harta maupun nyawa. Bencana-bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini tidak lain dan tidak bukan adalah akibat dari pola hidup sebagian manusia modern yang tidak ramah dengan lingkungan.


Contoh Paragraf Persuasif


Paragraf Persuasif

Banyak orang yang meremehkan helm. Bahkan, tidak memikirkan hal yang akan ditimbulkan jika tidak digunakan. Walaupun helm, menunjang keselamatan tetapi kepedulian seseorang terhadap helm sangat kurang. Sebagai pengguna jalan, sebaiknya menyadari dan memiliki sikap peduli terhadap helm. Oleh karena itu, wajib menggunakan helm sesuai aturan untuk menjaga keselamatan dan menghindari  meningkatnya angka kematian di jalan.

Tabel dan Grafik


TABEL DAN GRAFIK
(Ridha Wahyuni)
PERSENTASE PEKERJAAN ORANG TUA SISWA
SMA NEGERI 3 SENGKAN UNGGULAN KABUPATEN WAJO
TAHUN 2012
NO.
KELAS
PEKERJAAN
WIRASWASTA
         PETANI
NELAYAN
PNS
1.
X
30%
10%
5%
55%
2.
XI
45%
7%
3%
45%
3.
XII
53%
12%
7%
28%

Kesimpulan (TABEL)
Pekerjaan orang tua siswa kelas X paling banyak PNS, sedangkanpada kelas XI persentase wiraswasta dan PNS sama. Pada kelas XII persentase tertinggi adalah wiraswasta.



Kesimpulan (GRAFIK) 
Jumlah kecelaan di kawasan Jakarta tahun 2004 sampai dengan 2007 mengalami naik turun dari tahun ke tahun. Jumlah kecelakaanterendah ditahun 2005 dan tertinggi pada tahun 2007.


Perbandingan Cerita Rakyat dan Hikayat



CERITA RAKYAT
TUJUH ANAK LELAKI

            Pada zaman dahulu kala, di sebuah kampung di daerah Nanggro Aceh Darussalam, ada sepasang suami-istri yang mempunyai tujuh orang anak laki-laki yang masih kecil. Anak yang paling tua berumur sepuluh tahun, sedangkan yang paling bungsu berumur dua tahun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sepasang suami-istri itu menanam sayur-sayuran untuk dimakan sehari-hari dan sisanya dijual ke pasar. Meskipun serba pas-pasan, kehidupan mereka senantiasa rukun, damai, dan tenteram.

            Pada suatu waktu, kampung mereka dilanda musim kemarau yang berkepanjangan. Semua tumbuhan mati karena kekeringan. Penduduk kampung pun mulai kekurangan makanan. Persediaan makanan mereka semakin hari semakin menipis, sementara musim kemarau tak kunjung usai. Akhirnya, seluruh penduduk kampung menderita kelaparan, termasuk keluarga sepasang suami-istri bersama tujuh orang anaknya itu.

            Melihat keadaan tersebut, sepasang suami-istri tersebut menjadi panik. Tanaman sayuran yang selama ini menjadi sumber penghidupan mereka tidak lagi tumbuh. Sementara mereka tidak mempunyai pekerjaan lain kecuali menanam sayur-sayuran di kebun. Mereka sudah berpikir keras mencari jalan keluar dari kesulitan tersebut, namun tidak menemukan jawabannya. Akhirnya, mereka bersepakat hendak membuang ketujuh anak mereka ke sebuah hutan yang letaknya jauh dari perkampungan.

            Pada suatu malam, saat ketujuh anaknya sedang tertidur pulas, keduanya bermusyawarah untuk mencari cara membuang ketujuh anak mereka.
“Bang! Bagaimana caranya agar tidak ketahuan anak-anak?” tanya sang Istri bingung.

“Besok pagi anak-anak kita ajak pergi mencari kayu bakar ke sebuah hutan yang letaknya cukup jauh. Pada saat mereka beristirahat makan siang, kita berpura-pura mencari air minum di sungai,” jelas sang Suami.

“Baik, Bang!” sahut sang Istri sepakat.

            Tanpa mereka sadari, rupanya anak ketiga mereka yang pada waktu itu belum tidur mendengar semua pembicaraan mereka. Keesokan harinya, sepasang suami-istri itu mengajak ketujuh putranya ke hutan untuk mencari kayu bakar. Sesampainya di hutan yang terdekat, sang Ayah berkata kepada mereka :

“Anak-anakku semua! Sebaiknya kita cari hutan yang luas dan banyak pohonnya, supaya kita bisa mendapatkan kayu bakar yang lebih banyak lagi,” ujar sang Ayah.
“Baik, Ayah!” jawab ketujuh anak lelaki itu serentak.

            Setelah berjalan jauh, sampailah mereka di sebuah hutan yang amat luas. Alangkah gembiranya mereka, karena di hutan itu terdapat banyak kayu bakar. Mereka pun segera mengumpulkan kayu bakar yang banyak berserakan. Ketika hari menjelang siang, sang Ibu pun mengajak ketujuh anaknya untuk beristirahat melepas lelah setelah hampir setengah hari bekerja. Pada saat itulah, sepasang suami istri itu hendak mulai menjalankan recananya ingin meninggalkan ketujuh anak mereka di tengah hutan itu.

“Wahai anak-anakku! Kalian semua beristirahatlah di sini dulu. Aku dan ibu kalian ingin mencari sungai di sekitar hutan ini, karena persediaan air minum kita sudah habis,” ujar sang Ayah.

“Baik, Ayah!” jawab ketujuh anak itu serentak.

“Jangan lama-lama ya, Ayah... Ibu...!’” sahut si Bungsu.

“Iya, Anakku!” jawab sang Ibu lalu pergi mengikuti suaminya.

            Sementara itu, setelah menunggu beberapa lama dan kedua orangtua mereka belum juga kembali, ketujuh anak itu mulai gelisah. Mereka cemas kalau-kalau kedua orangtua mereka mendapat musibah. Akhirnya, si sulung pun mengajak keenam adiknya untuk pergi menyusul kedua orangtua mereka. Namun, sebelum meninggalkan tempat itu, anak ketiga tiba-tiba angkat bicara.

“Abang! Tidak ada gunanya kita menyusul ayah dan ibu. Mereka sudah pergi meninggalkan kita semua,” kata anak ketiga.

“Apa maksudmu, Dik?” tanya si Sulung.

“Tadi malam, saat kalian sudah tertidur nyenyak, aku mendengar pembicaraan ayah dan ibu. Mereka sengaja meninggalkan kita di tengah hutan ini, karena mereka sudah tidak sanggup lagi menghidupi kita semua akibat kemarau panjang,” jelas anak ketiga.

“Kenapa hal ini baru kamu ceritakan kepada kami?” tanya anak kedua.

“Aku takut ayah dan ibu murka kepadaku, Bang,” jawab anak ketiga.

            Akhirnya ketujuh anak itu tidak jadi pergi menyusul kedua orangtuanya, apalagi hari sudah mulai gelap. Mereka pun segera mencari tempat perlindungan dari udara malam. Untungnya, tidak jauh dari tempat mereka berada, ada sebuah pohon besar yang batangnya berlubang seperti gua. Mereka pun beristirahat dan tidur di dalam lubang kayu itu hingga pagi hari.

“Bang! Apa yang harus kita lakukan sekarang? Ke mana kita harus pergi?” tanya si anak kedua.

“Kalian tunggu di sini! Aku akan memanjat sebuah pohon yang tinggi. Barangkali dari atas pohon itu aku dapat melihat kepulan asap. Jika ada, itu pertanda bahwa di sana ada perkampungan,” kata si Sulung.

            Ternyata benar, ketika berada di atas pohon, si Sulung melihat ada kepulan asap dari kejauhan. Ia pun segera turun dari pohon dan mengajak keenam adiknya menuju ke arah kepulan asap tersebut. Setelah berjalan jauh, akhirnya sampailah mereka di sebuah perkampungan. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat sebuah rumah yang sangat besar berdiri tegak di pinggir kampung.

“Hei lihatlah! Besar sekali rumah itu,” seru anak keempat.

“Waaahhh... jangan-jangan itu rumah raksasa,” sahut anak keenam.

            Baru saja kata-kata itu terlepas dari mulutnya, tiba-tiba terdengar suara keras dari dalam rumah itu meminta mereka masuk ke dalam rumah. Beberapa saat kemudian, penghuni rumah itu pun keluar. Rupanya, dia adalah raksasa betina.

“Hei, anak manusia! Kalian siapa?” tanya Raksasa Betina itu.

“Kami tersesat, Tuan Raksasa! Orang tua kami meninggalkan kami di tengah hutan,” jawab si Sulung.

            Mendengar keterangan itu, tiba-tiba si Raksasa Betina merasa iba kepada mereka. Ia pun segera mengajak mereka masuk ke dalam rumahnya, lalu menghidangkan makanan dan minuman kepada mereka. Oleh karena sudah kelaparan, ketujuh anak itu menyantap makanan tersebut dengan lahapnya.

“Habiskan cepat makanan itu, lalu naik ke atas loteng! Kalau tidak, kalian akan dimakan oleh suamiku. Tidak lama lagi ia datang dari berburu,” ujar Raksasa Betina.

            Oleh karena takut dimakan oleh Raksasa Jantan, mereka pun segera menghabiskan makanannya lalu bergegas naik ke atas loteng untuk bersembunyi. Tidak lama kemudian, Raksasa Jantan pun pulang dari berburu. Ketika membuka pintu rumahnya, tiba-tiba ia mencium bau makanan enak.

“Waaahhh... sedapnya!” ucap raksasa jantan sambil menghirup bau sedap itu.

“Bu! Sepertinya ada makanan enak di rumah ini. Aku mencium bau manusia. Di mana kamu simpan mereka?” tanya Raksasa Jantan kepada istrinya.

“Aku menyimpan mereka di atas loteng. Tapi mereka masih kecil-kecil. Biarlah kita tunggu mereka sampai agak besar supaya enak dimakan,” jawab Raksasa Betina.

            Si Raksasa Jantan pun menuruti perkataan istrinya. Selamatlah ketujuh anak itu dari ancaman Raksasa Jantan. Keesokan harinya, ketika si Raksasa Jantan kembali berburu binatang ke hutan, si Raksasa Betina pun segera menyuruh ketujuh anak lelaki itu pergi. Namun, sebelum mereka pergi, ia membekali mereka makanan seperlunya selama dalam perjalanan. Bahkan, si Raksasa Betina yang baik itu membekali mereka dengan emas dan intan.

“Bawalah emas dan intan ini, semoga bermanfaat untuk masa depan kalian,” kata Raksasa Betina.

“Terima kasih, Raksasa Jantan! Tuan memang raksasa yang baik hati,” ucap si Sulung seraya berpamitan.

            Setelah berjalan jauh menyusuri hutan lebat, menaiki dan menuruni gunung, akhirnya tibalah mereka di tepi pantai. Mereka pun segera membuat perahu kecil lalu berlayar mengarungi lautan luas. Setelah beberapa lama berlayar, tibalah mereka di sebuah negeri yang diperintah oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Di negeri itu mereka menjual semua emas dan intan pemberian raksasa kepada seorang saudagar kaya. Hasil penjualan tersebut, mereka gunakan untuk membeli tanah perkebunan. Masing-masing mendapat tanah perkebunan yang cukup luas. Ketujuh bersaudara itu sangat rajin bekerja dan senantiasa saling membantu.

            Beberapa tahun kemudian, mereka pun telah dewasa. Berkat kerja keras selama bertahun-tahun, akhirnya mereka memiliki harta kekayaan yang banyak. Kemudian masing-masing dari mereka membuat rumah yang cukup bagus. Ketujuh lelaki itu pun hidup damai, tenteram dan sejahtera.

            Pada suatu hari, si Bungsu tiba-tiba teringat dan merindukan kedua orangtuanya. Ia pun segera mengundang keenam kakaknya datang ke rumahnya untuk bersama-sama pergi mencari kedua orangtua mereka.

“Maafkan aku, Kakakku semua! Aku mengundang kalian ke sini, karena ingin mengajak kalian untuk pergi mencari ayah dan ibu. Aku sangat merindukan mereka, dan aku yakin, mereka pasti masih hidup,” ungkap si Bungsu kepada saudara-saudaranya.

“Iya, Adikku! Kami juga merasakannya seperti itu. Kami sangat rindu kepada ayah dan ibu yang telah melahirkan kita semua,” tambah anak keenam.

“Baiklah kalau begitu! Besok pagi kita bersama-sama pergi mencari mereka. Apakah kalian setuju?” tanya si Sulung.

“Setuju!” jawab keenam adiknya serentak.

            Keesokan harinya, berangkatlah ketujuh orang bersaudara itu mencari kedua orangtua mereka. Setelah berlayar mengarungi lautan luas, tibalah mereka di sebuah pulau. Di pulau itu, mereka berjalan dari satu kampung ke kampung lain. Sudah puluhan kampung mereka datangi, namun belum juga menemukannya. Hingga pada suatu hari, mereka pun menemukan kedua orangtua mereka di sebuah kampung dalam keadaan menderita. Ketujuh orang bersaudara itu sangat sedih melihat kondisi kedua orangtua mereka. Akhirnya, mereka membawa orangtua mereka ke tempat tinggal mereka untuk hidup dan tinggal bersama di rumah yang bagus.

            Sejak itu, kedua orangtua itu berkumpul kembali dan hidup bersama dengan ketujuh orang anaknya. Mereka senantiasa menyibukkan diri beribadah kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Segala keperluannya sudah dipenuhi oleh ketujuh orang anaknya yang sudah cukup kaya.

HIKAYAT

CERITA RAJA KILAN SYAH SERTA PUTRANYA

Maka kata bayan itu, "Adalah seorang raja di negeri Istambul, terlalu amat besar kerajaan baginda itu. Maka adalah nama raja itu Kilan Syah dan istrinya baginda itu, bemama tuan putri Nur Zainun anak raja di negeri Kastambar; ada dengan menterinya bemama Mangkubumi. Adapun akan raja itu ada berputra seorang laki-laki terlalu amat baik parasnya; maka dinamai oleh baginda akan anakanda itu raja Johan Rasyid. Maka raja Johan Rasyid itu pada lahirnya terlalu sangat bijaksana. Maka adalah umumya baharu empat belas tahun. Maka dengan takdir Allah sabhanahu wataala ayahanda baginda itu pun geringlah terlalu amat sangat. Maka segala wazir dengan segala orang besar-besar dan bentara dan penggawa di negeri itu pun, bertunggulah masing-masing kepada tempatnya serta dengan dukacitanya akan raja Kilan Syah gering itu.
Maka anakanda baginda raja Johan Rasyid pun tiadalah taksir lagi menyuruh mengobatkan ayahanda baginda itu pada segala hukama  dan segala ulama. Maka obat pun tiadalah memberi faedah kepada baginda itu: seperti racunlah kepadanya.
Syahdan usahkan berkurang penyakit baginda itu, makin bertambah-tambah pula sakitnya. Maka raja Kilan Syah tahulah akan penyakit itu alamat mautlah. Setelah dirasai baginda hampirlah waktu baginda itu akan meninggalkan dunia, maka raja Kilan Syah pun menyuruh memanggil perdana menteri dan segala orang besar-besar dan segala pegawai-pegawai. Setelah datanglah masing-masing menghadap baginda, maka sekalian itu pun dengan tangisnya sebab bercintakan baginda itu.
Maka raja Kilan Syah pun bertitah, "Hai segala tuan-tuan! Ketahui olehmu bahwa aku hampirlah akan kembali dari negeri yang fana ke negeri yang baka. Bahwa adalah amanatku pada kamu sekalian: akan anakku Johan Rasyid itu, pertaruhankulah pada kamu sekalian: pertama-tama aku serahkan kepada Allah subhanahu wataala dan Rasulnya, kemudian dari itu pada kamu sekalianlah. Bagaimana kamu sekalian telah berbuat bakti akan daku dan engkau mengasihi aku, demikianlah kepadanya. Hubayahubaya jangan engkau lainkan aku dengan dia; barang siapa melalui daripada amanatku ini, durhakalah ia kepada aku; dan jika barang suatu hendak dikerjakan, sekali-kali jangan engkau lalui hukum Allah taala, dan takuti olehmu akan Allah subhanahu wataala sangat-sangat."
Maka sembah mereka itu sekalian, "Ya tuanku syah alam, jangan apalah tuanku memberi titah demikian memberi belas rasa hati patik sekalian. Adakah pemah pafik sekalian melalui titah duli tuanku? Titah yang demikian itu pun patik junjunglah di atas batu kepala patik sekalian, dilanjutkan Allah subhanahu wataala umur syah alam."
Setelah raja Kilan Syah mendengar sembah mereka itu sekalian, maka baginda pun menangis seraya menghadapkan muka baginda kepada anakanda baginda raja Johan Rasyid.
Maka titah raja, "Hai anakku Johan Rasyid! Baik-baiklah engkau peliharakan dirimu daripada api neraka! Dan pebenar olehmu barang katamu dan hendaklah engkau adil dan murah. Jauhi olehmu daripada dusta dan lalim! Hendaklah buka tanganmu dan jauhi olehmu daripada kikir, karena benar itu perhiasan segala raja-raja yang berilmu. Jika engkau turut seperti wasiatku ini, tiadalah engkau menganiaya dirimu kepada kedua buah negeri "
Setelah sudah raja Kilan Syah berwasiat, maka raja Kilan Syah pun kembali kerahmat Allah taala dari negeri yang fana ke negeri yang baka. Maka segala mereka itu pun merataplah, riuh rendahlah bunyi segala isi istana, menderulah bunyinya seperti ribut topan.
Maka perdana menteri dan segala pegawai orang besar-besar itu pun semuanya habis berhimpun, hendak merajakan Johan Rasyid. Maka mayat raja Kilan Syah pun dikuburkan oranglah dengan sempumanya seperti adat segala raja-raja yang besar; demikianlah diperbuat orang akan baginda. Maka raja Johan Rasyid pun tiadalah taksir lagi akan mengerjakan jenazah ayahanda baginda itu. Maka setelah datanglah kepada setahun lamanya raja Johan Rasyid di atas takhta kerajaan, maka terlalulah ia lalim, tiada takut akan Allah subhanahu wataala dan tiada takut dan malu akan Nabi kita, dan wasiat ayahandanya pun dilupakannyalah; melainkan akan hawa nafsunya juga yang diikutinya, dan akan nyawa segala hamba Allah pun tiadalah terhisabkan lagi; pada sehari-hari makin bertambah-tambah juga _lalimnya. Setelah diUhat oleh perdana menteri dan segala wazir  dan segala orang yang bemama-nama akan raja Johan Rasyid demikian itu, maka ia pun terlalu heran dari karena sangat bersalahan daripada raja Kilan Syah, seperti langit dengan bumi jauhnya dengan perangai ayahanda itu. Maka perdana menteri dengan segala wazir dan segala orang besar-besar dan segala pegawai pun berhimpun pergi menghadap raja Johan Rasyid, lalu duduk menyembah.

Maka sembah perdana menteri dan segala mereka itu, "Ya tuanku Syah Alam! Maka adalah patik sekalian ini menghadap ke bawah duli tuanku, karena tuanku mengerjakan pekerjaan larangan Allah dan Rasul dan tiada mengikut wasiat paduka marhum sedang mangkat; bukankah baginda berpesan kepada duli tuanku melarangkan daripada kerja yang tiada berbetulan dengan hukum Allah "taala jangan duli tuanku kerjakan; dan lagi duli tuanku raja berasal, lagi berilmu turun-temurun daripada paduka ayahanda baginda raja yang adil; maka sampai kepada masa tuanku naik kerajaan, demikianlah jadinya, tiadalah tuanku menurut amanat paduka ayahanda itu."
Setelah raja Johan Rasyid mendengar sembah perdana menteri dan segala pegawai-pegawai orang yang besar-besar itu, suatu pun tiada apa titah raja Johan Rasyid, lalu ia berbangkit ke istananya. Maka perdana menteri dengan segala orang besar-besar pun tiadalah terbicara lagi, oleh karena sembah mereka itu tiada disahut oleh raja Johan Rasyid.
Setelah ia mendengar sembah segala mereka itu, makin bertambah-tambah pula lalimnya daripada ia belum mendengar Sembah perdana menteri itu. Maka segala isi negeri Istambul pun berundurlah dari negeri itu.
Setelah dilihat oleh perdana menteri dan segala orang besar- besar akan hal negeri itu, maka perdana menteri dan segala wazir pun terialu dukacita seraya dengan herannya melihat qadla Allah taala yang datang kepadanya itu. Maka perdana menteri pun memanggil segala wazir dan segala pegawai di dalam negeri itu berhimpun ,musyawarat. dengan perdana menteri itu mencari bicara akan raja Johan Rasyid, kalau-kalau mau, raja itu berbuat adil, supaya negeri jangan binasa.  Setelah sudah musyawarat, maka oleh perdana menteri dan segala orang besar-besar dibawanya waliullah empat orang serta delapan orang ulama pergi kepada raja Johan Rayid. Maka pada ketika itu juga raja Johan Rasyid pun sedang dihadap oleh orang yang garib-garib segala hamba raja yang jahat-jahat itu dan fasik murtad celaka, segala orang itu pun dikasihi oleh raja. Maka baginda pun melihat waliullah dating dibawa olehnya perdana menteri dan segala pegawai baginda, maka segeralah ia berangkat masuk ke istana. Setelah dilihat oleh waliullah dan ulama itu tiada dengan adatnya, maka ulama dan waliullah pun tersenyum. Maka perdana menteri dan segala orang besar-besar pun tiadalah terbicara lagi. Maka segala mereka itu pun masing-masing kembali ketempatnya dengan dukacitanya.
Maka beberapa hari perdana menteri dengan segala orang besar-besar hendak berdatang sembah kepada anak raja itu, tiada juga ia mau keluar; daripada sehari-hari makin bertambah lalimnya. Maka negeri itu pun diturunkan Allah subhanahu wataala kemarau sangat keras; kepada sebulan, sehari pun tiada hujan. Maka segala tanaman orang pun banyaklah mati. Maka segala dagang pun tiada masuk ke negeri itu, karena mendengar rajanya sangat lalimnya, dan segala makanan pun tiada dibawa masuk ke negeri itu, jadi mahalhh. Maka orang-orang di dalam negeri itu pun lapariah, banyak mati. Maka segala pegawai dan wazir pun berhimpunlah datang kepada perdana menteri bertanya dan bicarakan raja Johan Rasyid itu.
Maka kata segala mereka itu kepada perdana menteri, "Jikalau raja ini tiada kita bunuh, niscaya binasalah negeri ini, kita sekalian pun huru-haralah."
Setelah dilihat oleh perdana menteri akan segala mereka itu gobar  sangat, hendak membunuh raja itu, maka kata perdana menteri akan saudaranya.
"Pada bicara hamba, baiklah sabar dahulu, sementara kita bertanya hukum kepada kadi akan raja kita ini, maka hukum Allah suhanahu watala, di sanalah kita turut."
Maka sahut segala mereka itu, "Benarlah seperti kata perdana menteri itu, tetapi kami sekalian hendaklah segera menyembah raja lain."
Maka kata perdana menteri, "Jikalau demikian, marilah kita pergi kepada kadi, supaya saudara hamba jangan syak hati."
Maka segala mereka itu pun pergilah mendapatkan kadi, Maka di dalam negeri itu pun setengah orang berhimpun membaca kitab daripada seorang mufti. Maka segala wazir yang besar-besar datang itu dengan alat senjatanya; maka kadi pun terkejut seraya menyerahkan dirinya kepada Allah taala; maka katanya, "Apa pekerjaan saudara hamba datang beramai-ramai ini? Karena apa?"
Maka perdana menteri pun naik duduk seraya menyembah serta memberi salam dan hormat. Maka disahuti kadi salamnya itu dan mufti itu pun memberi hormatnya dengan seribu kemuliaan.
Maka kata perdana menteri, "Adapun hamba datang kepada tuan hamba ini hendak bertanyakan hukum Allah taala akan segala raja-raja yang harus menjadi raja."


Maka kata kadi kepada mufti, "Ya Malulana .Tuan hamba!"
Maka kata mufti, "Baiklah! Hai tuan-tuan sekalian, ketahuilah, bahwasanya kepada hukum Allah yang hams akan raja itu, berakal, tiada harus raja itu bebal; kedua balig, tiada harus kanak-kanak; ketiga berbudi, tiada harus raja itu khilaf akalnya; keempat raja itu sehat, tiada harus raja penyakit aib seperti sopak dan kusta; kelima, raja itu adil, tiada harus raja itu lalim, karena itu menjadi dlilullahu filalam imam sekalian manusia, karena segala raja itu membawa tertib sallallahualami wasallam, karena raja bayang Allah taala dan ganti Nabi, supaya boleh diturut segala manusia.
Setelah mereka itu mendengar kata mufti itu dengan beberapa hadis dan dalil, maka kata perdana menteri dengan segala wazir itu, "Ya Maulana, akan raja kita ini apa hukumnya? Karena ia terlalu sangat lalim akan segala manusia, sedikit pun tiada rahimnya akan segala isi negeri.''
Maka kata mufti itu, "Suruh ia bertobat daripada pekerjaannya itu; jikalau ia tiada mau tobat, kamu sekalian bunuh akan dia."
Maka kadi dan perdana menteri dan segala pegawai dan segala wazir pun menyuruh bicara lengkap segala alat senjata. Maka segala rakyat pun hendak mengerjakan seperti kata mufti itu.
Maka segala musyawarat itu pun terdengarlah kepada baginda raja Johan Rasyid hendak dibunuh akan dia; hendak disuruh tobat itu, tiada dipakainya. Maka ia pun segeralah lari dengan seekor kuda, seorang pun tiada sertanya. Maka mereka sekalian pun datanglah hendak menyuruh raja Johan Rasyid itu tobat. Maka kata segala yang garib-garib itu, "Bahwa raja sudah lari dengan seekor kuda ke mana-mana perginya tiadalah kami ketahui."
Setelah segala khalayak mendengar kata itu, maka kata segala wazir dan segala pegawai yang besar-besar kepada perdana menteri, "Akan sekarang ini, apa bicara tuan hamba? Negeri kita ini tiada beraja, tiada harus pada hukum Allah taala."
Maka kata mufti, "Baiklah Kadi, ini kita jadikan raja sementara mencari yang lain, supaya tetap negeri."

Maka mereka itu pun kabuUah akan kata mufti itu. Maka kadi pun ditabalkan oranglah dengan sepertinya.
Setelah kadi itu jadi raja, maka ia pun terialulah adil, kepada barang yang dikerjakannya dengan hukum Allah taala juga, sekali-kali tiada bersalahan seperti dahulu itu dengan sekarang ini. Maka isi negeri itu pun kembalilah seperti adat sediakala.
Sebermula, maka tersebutlah perkataan raja Johan Rasyid lari itu. Setelah datanglah kepada empat puluh hari perjalanan, maka ia pun bertemulah dengan Bedawi  delapan orang. Maka dirampaslah oleh Bedawi itu akan raja Johan Rasyid, habis diambilnya kudanya dan senjatanya dan pakaiannya sekaliannya dirampas. Maka Bedawi yang delapan orang itu pun berjalanlah kepada tempat lain, menjadi kayalah sebab ia beroleh pusaka pakaian kerajaan dengan selengkapnya itu.
Setelah Bedawi itu sudah berjalan, maka raja Johan Rasyid pun tinggallah dengan lapar dahaganya yang amat sangat serta dukacitanya. Maka ia pun baharulah sadarkan dirinya diqadlakan Allah taala akan dia, dibalasnya perbuat lalim itu. Maka raja pun terlalulah menyesal mengerjakan segala pekerjaan yang telah lalu itu, seraya bertobat kepada Allah subhanahu wataala dengan sempumanya. Maka raja Johan Rasyid pun menjadikan dirinya seorang fakir minta sedekah, segenap negeri orang ia pergi, serta mengerjakan iman dan taat menjauhkan kufur dan maksiat. Maka terlalulah amat sangat keras pertapaannya itu.
Maka kadi pun sampailah turun-temurun menjadi raja di negeri Istambul datang kepada anak cucunya. Demikianlah hikayat raja Kilan Syah berpesan kepada anaknya.


PERSAMAAN HIKAYAT DENGAN CERITA RAKYAT
·         Fungsi dan tujuan umumnya sama, yaitu sebagai pelipur lara hati si pembaca
·         Keduanya merupakan salah satu karya sastra
·         Sama-sama menceritakan tentang kejadian masa lalu/lampau
·         Bertujuan untuk menyampaikan hal-hal yang baik atau berupa ajaran-ajaran bagi si pembaca.

PERBEDAAN HIKAYAT DENGAN CERITA RAKYAT

·         Hikayat cenderung terikat oleh bahasa melayu, sedangkan cerita rakyat lebih luwes.
·         Isi hikayat biasanya bercerita tentang kehebatan dan kesaktian para raja, pangeran dll, sedangkan cerita rakyat umunya memiliki cerita tentang kehidupan masyarakat setempat.
·         Hikayat umumnya menggunakan kata pembuka “Alkisah“, sedangkan cerita rakyat menggunkan kata pembuka “Pada Zaman Dahulu Kala“.
·         Hikayat biasanya menggunakan kata penghubung maka, syahibul hikayat, shahdan, pada itu dll, sedangkan cerita rakyat menggunakan kata penghubung kemudian, selanjutnya, begitupula dll.

Pidato "Akselerasi"


Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang terhormat, gurunda dan teman-teman sekalian yang saya cintai.
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan dan kesehatan sehingga  berkumpul di tempat yang sederhana ini. Dan tak lupa kita ucapakan shalawat dan tasbih kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita semua  ke alam yang terang benderang ini. Dan guna saya berdiri disini untuk menyampaikan sedikit hal tentang Akselerasi.

Gurunda dan teman-teman sekalian.
 Tema ini tak asing lagi bagi kita, bahkan Akselerasi sudah merupakan bagian dari kita sekarang. Yah, tentu kalian sudah tahu bahwa Akselerasi adalah program percepatan.  Program akselerasi sudah popular di dunia pendidikan dan diberlakukan pada beberapa sekolah saat ini apalagi, pada jaman yang serba cepat seperti saat ini manusia dituntut untuk melakukan segala sesuatunya dengan cepat. Hal inilah yang diyakini efektif untuk mempercepat mencetak bibit unggul dalam usia muda. Akselerasi memberikan banyak peluang kepada kita yang menjalaninya, yaitu lebih awal tamat daripada waktu yang ditentukan. Dan beberapa keuntungan lain siswa yang ikut dalam program akselerasi yaitu, efesiensi dalam belajar meningkat, efektivitas dalam belajar meningkat, adanya rekognisi terhadap prestasi yang dimiliki, waktu untuk meniti karir lebih banyak, produkstivitas meningkat, pilihan eksplorasi dalam pendidikan meningkat, siswa diperkenalkan dalam kelompok teman yang baru. Selain itu  siswa yang bakat intelektualnya tinggi dibantu secara khusus sehingga mereka mendapatkan bantuan pengajaran lebih sesuai bakatnya. Serta dorongan lingkungan sosial karena berada dalam satu kelas dengan siswa lain yang kemampuan intelektualnya sebanding, sehingga lebih memberikan tantangan dan tidak memungkinkan bermalas-malasan dalam belajar, dan mengurangi beban orangtua untuk biaya pendidikan karena waktu tempuh pendidikan yang dapat dipersingkat.

 Gurunda yang saya hormati dan teman-teman sekalian.
Dibalik dari itu, ada kelemahan program ini yaitu diantaranya menyangkut penyesuaian sosial siswa, seperti siswa akan didorong untuk berprestasi dalam bidang akademiknya sehingga mereka kekurangan waktu beraktivitas dengan teman sebaya, juga beban tugas yang terlalu banyak bisa menjadi tekanan bagi kesehatan mental. Hal ini akan menyebabkan siswa tersebut mudah marah dan frustasi sehingga hubungan sosial baik dengan teman sebaya maupun orang lain menjadi tidak baik, dan kurangnya waktu untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Maka dari itu dibutuhkan penyesuaian diri bagi kita untuk dapat mengimbangi dan mengatur waktu sebaik-baiknya, selain itu tetap menjalin kerjasama yang baik dengan lingkungan sosial.
 Dan demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan. Wabillahitaufik walhidayah wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puisi bertema Sosial Budaya


ANAK SEKOLAH

Karya: Ridha Wahyuni

Bangun pagi setiap harinya
Bergegas mandi setelahnya
Tak lupa pamit kepada  ayah ibunda
Mengharap restu dan doa

Satu senyum awali pagi
Disambut sinarnya mentari
“Semangat! Semangat!”
Itulah ucapnya

Tugas menumpuk
Tak menggugurkan kewajiban
Demi menggapai cita
Memerdekakan nusa dan bangsa



Puisi bertema Alam


DAHULU YANG INDAH
Karya: Ridha Wahyuni

Pelangi berwarna beda
Suatu keindahan
Gunung tinggi menusuk awan
Menunjukkan keagungan

Tatkala angin berhembus
Memberi kesejukan
Langit sore membentang
Menunjukkan kemegahan

Namun sayang seribu sayang
Setetes air tak kau maknai
Sepucuk daun tak kau hargai
Kicauan burung tak kau mengerti

Dahulu yang indah
Kini kau ratapi
Akibat ulahmu sendiri
Kau ingkari titipan illahi